Jumat, 22 Mei 2020

Catatan mbak Momod - Webinar Perdana Malidi







Selamat malam, rekan-rekan... 

Ijinkan saya sharing hal yang tidak biasa di blog kami ya... 

Hari sabtu kemarin, saya memberanikan diri (tentunya dengan support tak terhingga dari kawan-kawan komunitas) untuk menjadi Moderator Webinar. Webinar dengan tema "Mengenal Berita Hoax, Cara Debunk Mandiri dan Penanganan Oleh Pemerintah" ini diinisiasi oleh Masyarakat Peduli Literasi Digital (Malidi), suatu komunitas mandiri kota Bekasi - berisikan orang-orang dari beragam kalangan yang mempunyai kepedulian akan literasi digital dan efek negatif dari hoax yang kian lama kian meresahkan. 

Webinar kali ini mendapat support penuh dari pemerintah kota, Kominfo dan stake holders lainnya, termasuk founder Pesantren Motivasi Indonesia - Kyai Enha. Suatu hal yang membahagiakan bagi kami saat mendapat support yang demikian, mengingat Malidi merupakan komunitas mandiri, tidak berafiliasi dengan pihak manapun. Hal ini juga merupakan suatu bukti keseriusan stake holders akan efek hoax massive dan meresahkan. 

Bagi yang kemarin tidak sempat mengikuti, silahkan menyimak catatan momod di bawah ini. 

Catatan mbak momod kali ini tentu merupakan kompilasi dari paparan Narasumber yang dikemukakan sabtu kemarin. 

Webinar kami dibuka oleh paparan tentang Cyber war oleh pak Kombes Polisi Indarto. Beliau adalah mantan Kapolresta Bekasi yang juga Juara 1 Polisi Teladan tahun lalu. Memaparkan dengan gayanya yang sangat lugas dan tegas. Diawali dengan paparan geo strategis, kondisi regional, sampai ke cyber war, yang tentunya secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh ke kondisi masyarakat pada umumnya. Tindakan tegas, cepat dan pasti harus dilakukan, agar imbul efek jera bagi para pelaku penebar hoax. 

Cara pemaparan yang tegas sejalan dengan cara beliau memimpin saat menjadi Kapolres Bekasi dan tentu saja, kami doakan agar hal yang sama terjadi di tugas-tugas berikutnya. 

Materi selanjutnya adalah pemaparan singkat mengenai hoax dan cara debunk mandiri. Ada 4 hal yang digarisbawahi oleh Ketum Malidi - Mas Heru Nugroho, mengapa Hoax mudah sekali beredar. 

Yang pertama adalah tingkat literasi yang rendah, sehingga headline yang bombastis dianggap cukup mewakili isi berita. Disusul oleh rendahnya kepedulian akan kondisi sosial yang ada, adanya Polarisasi (efek Pilkada/Pilpres) dan media partisan yang seringkali dijadikan rujukan oleh pihak-pihak tertentu. 



Keberadaan media partisan menjadi salah satu issue terkuat yang diklarifikasi oleh Kominfo - yang kali ini diwakili oleh Mas Teguh Arifiyadi.

Selama ini, yang beredar di masyarakat adalah lemahnya pengawasan Kominfo mengenai media-media partisan yang justru seringkali dianggap rujukan, lalu tanpa dibaca, disebarluaskan sehingga menimbulkan keresahan.

Pada kesempatan kali ini, Mas Teguh dengan gamblang menjelaskan metode penyaringan yang digunakan di Indonesia. Ada 2 tipe penyaringan konten digital, black list dan white list.
Black list berarti - semua berita masuk, baru disaring. Sedangkan white list merupakan sistim yang menyaring terlebih dahulu semua berita, baru bisa naik tayang.

Dari penjelasan diatas, jelas bahwa Indonesia sebagai negara demokrasi menganut Black List. Hal yang berbeda diterapkan oleh negara-negara dimana kontrol berita dipegang oleh pemerintah. Melihat sistim yang digunakan seperti dikemukakan diatas, maka tidaklah mengherankan  bahwa media-media partisan memang memanfaatkan moment tersebut. Hal ini patut di garisbawahi karena merupakan PR kita bersama , agar efek negatifnya dapat diminimalisir.

Satu lagi pertanyaan yang dilayangkan kepada Kominfo mengenai penanganan aduan konten. Suatu fakta yang membuat saya beserta kawan-kawan tidak berhenti menggelengkan kepala. Rata-rata aduan yang diterima kominfo perhari mencapai puluhan ribu. Dengan jumlah 100 staf yang tergabung pada tim ini, tentu kita sekarang paham, bahwa dalam memproses aduan yang masuk , memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Kecuali hal-hal yang termasuk isu nasional dan mengancam - Tim Kominfo mempunyai limit waktu 2 jam utk memproses hal tersebut.

Sebagai gambaran, tantangan penanganan hoax di Indonesia adalah sebagai berikut :


Melihat hal ini, tentu semakin jelas bahwa penanggulangan hoax merupakan pekerjaan besar yang harus dilakukan bersama-sama. 

Kyai Nurul Huda Haem, yang lebih dikenal sebagai kyai Enha, menegaskan bahwa di tahun 2017, MUI telah menerbitkan fatwa yang mengatur muamalah di sosial media .

Jelas ditegaskan bahwa hal tersebut diharamkan untuk dilakukan. Mengingat fatwa yang dikeluarkan oleh MUI, maka diharapkan bahwa hal ini dapat dijadikan acuan sebagaimana fatwa2 lainnya yang bahkan ditaati sampai melebihi yang seharusnya. Sebagai warga negara, tentu kepatuhan terhadap pemerintahan yang sah merupakan hal yang mutlak harus dilakukan. Keberadaan  UU (Qanun dalam negara Islam) diatas Fatwa adalah hal yang patut diketahui. Sehingga jika berada dalam satu kondisi dimana terdapat 2 hal yang berseberangan, maka UU merupakan hal yang didahulukan, bukan sebaliknya. 

Dari paparan diatas dapat kita simpulkan beberapa hal : 

1. Penyebaran Hoax yang massive terjadi karena 4 faktor (yang tidak mengikat) dan rendahnya literasi menduduki poin paling utama, diikuti oleh kurangnya kepedulian terhadap sesama, polarisasi yang terjadi karena dinamika bernegara dan keberadaan media partisan yang sering menjadi rujukan oleh pihak-pihak tertentu 

2. Indonesia menganut metode penyaringan "Black List" - dimana semua dapat menyebarluaskan berita baru melalui penyaringan, jika memang timbul keluhan. Hal ini sejalan dengan sistim Demokrasi yang dianut, jelas berbeda dengan negara-negara dimana media sepenuhnya dikendalikan oleh negara. Beberapa media partisan diakui atau tidak memang menggunakan moment2 penting untuk mendulang uang. Menggunakan teknik click and bait, menulis Headline yang tendensius sampai tulisan penggiringan opini adalah hal yang sering ditemui. Banyak hal yang meresahkan timbul karenanya, sehingga, sering kali , tulisan2 di media-media tersebut dilaporkan ke Kominfo. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu hal yang penting untuk membantu menghalau penyebaran hoax yang meresahkan. 

3. Tindakan yang tegas, cepat dengan sanksi perlu diberlakukan terhadap penyebar hoax dan/atau ujaran kebencian. Hal ini merupakan sesuatu yang sulit ditawar mengingat penyebaran hoax semakin massive dan mengancam stabilitas nasional. 

4. Last but not least, MUI telah mengeluarkan fatwa bagaimana bermuamalah di media sosial. Fatwa dikeluarkan tahun 2017, namun hingga saat ini, masih jauh dari perkiraan bahwa fatwa tersebut dinilai patut diikuti. Sementara itu ada hal diatas fatwa, yaitu UU. Sebagai warga negara, menaati UU merupakan hal yang wajib dilakukan tanpa terkecuali.  

Demikian catatan dari kami, dari hasil webinar yang lalu. 
Terima kasih atas seluruh atensi yang diberikan. 
Mohon maaf lahir dan batin.. :) 




Sabtu, 09 Mei 2020

Croquettas - a lovely companion for your cup of tea



Hello everyone...

Tak terasa kita sudah memasuki phase ke -2 di bulan penuh berkah ini...
Untuk hidangan berbuka, saya yakin bahwa kawan-kawan sudah hafal dengan beragam cemilan yang digoreng, kukus ataupun hidangan sepinggan.

Setelah melewati puasa, memang para ibu berusaha sebaik mungkin memastikan asupan gizi yang sesuai untuk keluarga.

Nah, cemilan diatas, adalah croquettas. Saya, dan mungkin anda lebih mengenalnya dengan sebutan bitterballen. Apa perbedaannya?  Ada di tekstur yang lebih creamy, dan tambahan bumbu2 khas mediteranian. Croquettas ini sendiri banyak varian , namun di negara asalnya biasa diisi ayam dan keju.

Cara membuatnya cukup mudah, meskipun harus disadari membutuhkan sedikit kesabaran saat memastikan kematangan adonan ragut - beberapa memilih menyebutnya bechamel...  Halangan pertama memang memastikan bahwa adonan ragu matang sempurna.

Bahan-bahan dan cara membuatnya sebagai berikut :

50 gr butter
50 gr margarine
100 gr terigu
150 ml susu full cream
75 gr daging ayam - suwir
50 gr keju
200 ml kaldu ayam
gula
garam
lada
pala
1 buah telur - untuk melapisi
100 gr tepung terigu
100 gr tepung panir/panko

Cara membuat :

1. Panaskan margarine dan butter sampai meleleh.
2. Masukkan Terigu, aduk hingga seluruh bagian terigu terkena lelehan mentega/margarine
3. Tuang susu dan sebagian kaldu, aduk pastikan terigu larut sempurna. Kecilkan api, sambil terus mengaduk larutan ragu
4. Tambahkan ayam, keju parut, dan bumbu2 lainnya, lalu tuang kaldu
5. Pastikan tepung matang, cicipi. Jika masih terasa berbutir2 di lidah, itu menandakan tepung masih mentah. Jika terjadi, bisa tambahkan 50ml air, sambil terus mengaduk adonan.
6. Koreksi rasa jika perlu, matikan api, dinginkan.
7. Pulung croquettas bulat-bulan, dengan diameter 2-3 cm. Gulingkan di tepung, lalu telur, terakhir tepung panir.
8. Letakkan di dalam freezer selama kurang lebihh 30 menit, goreng dengan api sedang hingga kekuningan. Angkat dan hidangkan.

PS : resep aslinya menggunakan olive oil sebagai pengganti margarine/butter, ,dan tambahan 1 sdt mixed spice. Silahkan berkreasi sesuai selera.

Dengan resep diatas, hasil jadi skitar 60 butir - tergantung pada berapa besaran croquettas yang anda buat.

Croquettas ini cocok dinikmati saat berbuka dengan secangkir teh melati kepul-kepul.. :)

Selamat mencoba, semoga resep diatas bermanfaat untuk tambahan alternatif camilan sore keluarga.

/nd

Garang Asem - Alternatif menu unggas yang selalu jadi rebutan



Hello everyone...

Beberapa kali saya dicolek teman-teman pecinta masakan tradisional.  Salah satu yang sering ditanyakan adalah masakan khas ini.. Garang Asem Ayam.

Sebagai wong jowo campur sari (he eh... wis ra jelas jowonipun pundi... )..  Garang Asem adalah masakan yang sering jadi klangenan... Di Solo sendiri, varian garang asem cukup beragam. Ada yang berisi ati ampela ayam, ayam kampung, sampai uritan... Semuanya syedaaaps...

Salah satu yang sering menjadi hambatan membuatnya adalah, pakem dimana garang asem harus berbungkus daun. Untuk kawan-kawan yang mempunyai keterampilan membungkus, hal ini tidak menjadi masalah.. namun tidak sedikit yang gagal saat membungkus.

Nah, versi garang asam ini adalah versi gampang, karena tanpa bungkus..  Saya hanya menggunakan wadah alumunium, yang saya lapis dengan daun pisang .. Lalu atasnya kembali ditutup dengan daun pisang, .. lalu kukus hingga matang..

Untuk lebih mudahnya, resep dan cara membuatnya sbb :

Bahan-bahan :

1 Ekor ayam (uk 800 gr, dipotong menjadi 16 - agar lebih cepat matang)
10 siung bawang merah
4 siung bawang putih
4 buah tomat hijau
2 buah tomat merah
4 buah belimbing wuluh
6 buah cabai rawit merah - diiris
10 buah cabai rawit hijau - utuh
3 buah serai - keprek, iris miring
4 lembar daun salam
250 ml santan encer - dari 1/2 kelapa
2 cm lengkuas 
1 sdt gula
1 sdt garam
1/2 sdt lada
1/2 sdt penyedap jamur

Cara membuatnya :

1. Cuci bersih ayam.
2. Siapkan bumbu2 , yang rata2 diiris. Aduk rata dengan ayam.
3. Letakkan di dalam loyang alumunium yang telah dialasi dengan daun pisang. Pastikan daun dalam keadaan bersih. 
4. Tutup bagian atas loyanng dengan daun pisang guna mendapat aroma daun yang lebih harum.
5. Kukus hingga matang. Saya menggunakan api sedang, dan membutuhkan waktu 45 menit agar matang sempurna. Mohon diperhatikan bahwa jika potongan ayam lebih besar atau menggunakan ayam kampung, tentu waktu yang dibutuhkan akan lebih lama
6. Sajikan dengan nasi hangat.. syedaaapss..

Jadi...
Garang Asem tidak harus dibungkus rapi lho ya...
Monggo dicoba, semoga resepnya sesuai...





Toxic People



Its been a while , I barely post anything in this blog. 
I usually talk about food recipe, family, and probably how things going-on in Indonesia. 

A while ago, i noticed that at time being, i am still having correspondence with my former Boss. He's over 80 years old, and live peacefully in Oslo, Norway. I remember lots of sayings he told me years ago. I've been through a lot of things in my younger days, and i learn a lot from him.. 

Not only how to do things in the office, but how to have a good self-control. Not to do something that you might regret. Try not to get involved in monkey business, as well as hanky-panky  :) 

I have a call to those who keep bugging my mind. Calling them the toxics or dementors - or even worst, the test packers.. :) .. (and my ex boss keep laughing when i told him about it.. ) 

Oh well.. there are many reasons why i addressed them that way... 

I've been witnessing a lot of incident, when their saying have bad effect to others. This is just wrong!!! Wrong in a sense that the act caused damage to others, in any way.. 

A small example.. Its been a while looking at those postings, lines and sayings.. And they are unbelievable. Even in this secrete month of Ramadhan, a moment where we should hold back everything,.. its like tallying chaos of statement. 

I cant see any other words phrase than that..  

Through the years, i learn that being a human means to act like human, make others and respect them as human too. It is ok not to get along with others, as we are just human. I learn to see things from different angle, and easily let go of those toxic people.. 

Learning to see that for them, ruining other people happiness are their best accomplishment, and make them an example, for NOT being like them.. 

Life is a journey, and most of us are having our own battle.. 
I learn that we should not think of what others say about ourselves, but we need to do and be a good person. It is important for us to be an agent of change, instead of pointing on fingers and say that to others. 

It is ok to be different, just never be a toxic person to others. You may heard the story, but you did nt know it thoroughly. 

Be gentle, be kind and just.. be human...