Beberapa sahabat dan teman baik saya, mulai terbiasa dengan istilah 'test pack people' yang saya gunakan..
Mereka adalah kerabat, maupun teman, bisa juga kenalan yang memberikan pelajaran berharga, sekaligus membuat saya bersyukur sambil terus beristigfar agar tidak menjadi bagian dari kelompok tersebut.
Seorang sahabat tersayang pernah bertanya kepada saya "jika memang mereka merupakan ladang pahala bagi sebagian orang, bukankah berarti kita harus bersyukur telah mengenal mereka. Sesingkat apapun, sepahit apapun? Dengan
demikian jelas maka kita bisa belajar dari hal itu..
Biasanya, saya hanya tersenyum dan menjawab.. Well bisa iya bisa tidak, kemudian menutup pembicaraan.. Kenapa? Bukankah benar atau salah pada koridor tertentu itu terpulang dari bagaimana seseorang melihat suatu masalah?
Pengalaman pribadi, yang sempat membuat saya bertanya-tanya.. Saat terjadi perbedaan persepsi hubungan pertemanan yang merupakan suatu hal yang wajar dengan beberapa sahabat baik saya...
Kami (saya dan beberapa sahabat), tidak pernah mempermasalkan hal-hal sepele yang hanya menjadi masalah saat kita masih remaja. Untuk saya dan sahabat-sahabat saya, menjadi seorang sahabat baik berarti : mempunyai empathy dengan sesama, tau bagaimana harus bersikap, berani bilang tidak jika tidak namun tetap sportif, mendukung sepenuh hati, punya integritas dan satu lagi yang tidak kalah penting : menghormati hak masing2 individu sebagaimana mestinya.
Dengan kata lain, be respectful...
Untuk itu, setiap perbedaan yang timbul memang harus dipahami.. Latar belakang yang berbeda, sedikit banyak tentu berpengaruh pada sudut pandang seseorang..
Saat kesalahpahaman membesar, maka bukan akal sehat yang bicara, melainkan ego.
Untuk itu, biasanya saya memilih untuk mudur lalu berfikir. Saat semua terasa begitu logis, saya hanya dapat menyimpulkan bahwa kami memang mempunyai sudut pandang yang berbeda.
Lalu?
Ya sudah... Ketidak sePahaman bukan berarti harus diikuti dengan bersikap kekanakan,ataupun melakukan hal2 yang hanya akan membuat orang lain mengernyitkan dahi mereka kemudian berlalu sambil menahan tawa.
Seorang teman pernah berkata - sometimes a friend is like cloud, you feel much better when they are gone...
Lagi-lagi.. Iya dan tidak.
In a sense bahwa itu kekanak2an.. Maka saya memilih untuk tersenyum dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan.. Berlalu sambil berfikir bahwa hal itu merupakan pilihan. Saya memilih untuk menjadi seorang teman yang tetap berkata tidak saat hal itu merugikan, menolak intervensi pada hal2 yang bersifat sangat privacy dan tentu saja menghargai pilihan teman2 terbaik saya.
Salah satu kutipan pesan dari seorang teman 'memang lebih mudah mencari musuh ketimbang teman'..
Kutipan yang membuat saya bertanya-tanya? Apa hidup memang semata-mata harus teman atau lawan? Apa sedemikian banyaknya hal yang tidak bisa dikompromikan? Sedemikian sulitnyakah menahan lidah? Memberikan empathy, tidak menghakimi orang lain bahkan sampai mengintimidasi tidak langsung...
Jika hal itu yang terjadi.. Maka saya akan bertanya:
hubungan pertemanan macam apa yang dilandasi hal tersebut? Bukankah seharusnya tidak ada superiority dalam hub yang sehat? bukankah setiap orang mempunyai 'free will' masing-masing, terlepas dari keinginan orang lain atau yang merasa superior..
Tapi, sekali lagi, tentu kita tidak bisa megajak orang lain untuk mempunyai sudut pandang yang sama? Kenapa? Tentu saja tidak lain dan tidak bukan karena kemampuan setiap orang untuk mencerna sebuah inti permasalahan pasti
berbeda. Apakah dengan demikian mereka bisa digolongkan test pack people?
Saya biarkan anda yang menilai.
Hidup ini sangat singkat, so I need to live my life at the fullest..
Maafkan saya jika memang saya tidak mudah untuk diintimidasi...
Maafkan juga karena saya berani berkata iya jika benar dan tidak jika salah..
Maafkan saya jika saya berfikir sangat logis dan menjunjung tinggi hak pribadi saya...
Maafkan saya saat apa yang saya lakukan malah membuka mata sebagian orang akan apa yg sebenarnya terjadi...
Last but not least, saya tidak pernah menyesali suatu kondisi yang ada mengingat bahwa segala sesuatu telah dipikirkan sebelumnya..
Mengutip df wallace :
'awareness of what is so real and essential, so hidden in plain sight all around us, all the time, that we have to keep reminding ourselves over and over:
"This is water."
.. Kondisi yang sebenarnya, namun seringkali diabaikan karena telah menjadi kebiasaan dan dapat dimaklumi..
Now I'm asking you...
How's the water??? ...
*untuk orang2 terkasih, yang selalu mengingatkan saya akan tujuan hidup..
Xoxo...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar