Jumat, 16 September 2011

Ethics and behaviour - sebuah refleksi diri

Baru-baru ini, seperti biasa saya mendapat banyak pelajaran berharga dari kejadian sehari-hari.


Banyaknya hal yang nampak sepele tapi menjadi refleksi buat saya.

Lahir dari keluarga yang cukup demokratis namun tetap penuh dengan unggah ungguh membuat saya punya stock maklum yang lumayan. Saya sangat bersyukur punya seorang ibu yang mengajar kami untuk disiplin dan kritis. Sebagai tandem beliau adalah almarhum ayah saya yang sangat santai dan membumi. Sejauh ini, menurut suami tercinta, saya mewarisi nyentriknya mama juga sifat papa yang sangaaaattt santai sampai terkadang perlu digebah tapi juga bisa murka durjana sewaktu diperlukan (a few good friends knows me so well they can even read my face when something piss me off).

Sekarang? Menjadi ibu dari 2 pelangi yang membanggakan bagai melihat refleksi diri sendiri saat saya kecil.

The moment they are here, means that the learning process is just begin. Saat2 yang mencengangkan ketika saya seperti berkaca dengan tingkah laku mereka sehari2. Saat2 yang mendebarkan saat mereka mendebat saya ataupun suami dengan pikiran maupun logika mereka yang menakjubkan.

Saat hal2 yang dibicarakan tidak sesuai, biasanya putri saya yang paling keras mengingatkan.. And I love her for doing it. Mengingatkan saya untuk terus belajar bersabar dan memegang komitment.. Sementara si ragil biasanya akan memeluk saya sambil berkata ' bukannya waktu itu bunda bilang kalau .... ' (Hal yang selalu membuat saya bagai disiram air sejuukkk..- si kecil memang jiplakan ayahnya...)

Dalam kehidupan sehari2 pun saya berusaha memberikan contoh nyata mana yg boleh dilakukan dan mana yang tidak.

Mengetahui bahwa si pelangi hampir di bully sempat membuat saya murka. Tapi.. Bukankah ini benar2 waktu yg tepat utk memperlihatkan kepada mereka bahwa cara2 itu tidak benar?

That they must have their self esteem.. Bahwa memang etika, behaviour pada awalnya berasal dari pendidikan kita sebagai orang tua.. Dan terkadang kedua hal tersebut diatas TIDAK berbanding lurus dengan pendidikan, harta, maupun jabatan.

Saat mereka mulai membandingkan ataupun mempertanyakan cara2 saya dalam mendidik maka saya dan suami kompak menjelaskan bahwa setiap keluarga mempunyai aturan yang berbeda. Bahwa kami patut menghargai mereka yang mempunyai aturan berbeda yang buat logika saya terkadang agak membingungkan.

Tapiiii.. Lagi-lagi hal tersebut merupakan hal yg relatif. Bukankah itu berarti saya membuka pintu bagi kedua pelangi hati untuk membuka mata selebar-lebarnya, membandingkan dan belajar? Hal yang memang membutuhkan waktu lebih saat menjelaskan secara verbal alasan2 di balik perlakuan tidak menyenangkan yang mereka terima. Di balik penjelasan panjang lebar kami, tentu saja tujuan akhir saya adalah agar mereka mengerti bahwa perbuatan tersebut tidak patut ditiru..

Jujur saja, mungkin cara mendidik kami bagi sebagian orang akan dianggap 'bikin anak kuper aka gak gaul aka telat..' Tapiiii .. Bukankah banyak jalan menuju roma? sekali lagi.. Mungkin persepsi saya berbeda dengan banyak orang tentang bagaimana mendidik buah hati kami... (Dalam hal ini - I wud care less on what people think and say.. )

Buat saya dan suami.. Buah hati kami Merupakan refleksi dari kami berdua. Kami pun berusaha dengan maksimal agar mereka jadi insan yang jauh lebih baik dibanding kami berdua.

Semoga dan semoga mereka berdua tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai2 yang kami tanamkan sejak awal...

Tidak ada komentar: