Selasa, 27 September 2011

Macaroni Schotel a'la Dapur Kirana

Setelah sekian lama tidak update blog.. nggak publish resep.. tidak ada satu artikel maupun catatan kecil yang saya tulis.. *as usual.. dilanda virus kemalasan yang ruarrr biasa..

Maka ijinkan saya berbagi satu resep andalan lagi..

Semoga bermanfaat ya teman-teman :)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~`

Macaroni Schotel A'la Dapur Kirana

Bahan- bahan :

250 gr macaroni di rebus and matang, jangan terlalu mengembang

100 gr daging ayam rebus dan 100 gr smoked chicken - dipotong dadu

150ml kaldu dicampur dengan 2 sdm susu bubuk

1 siung bawang Bombay cincang dan 4 siung bawang putih cincang

100 gr mentega

4 btr telur

2 kaldu blok rasa ayam

1 sdm terigu

garam, lada dan gula secukup nya

180 gr keju / sebagian di parut dan sebagian di potong dadu

cara membuat adonan:

- panaskan mentega dan tumis bawang Bombay dan garlic sampe layu.
- masukkan rebusan ayam juga smoked chicken, aduk, lalu tambahkan larutan kaldu susu
- masukkan tepung sambil di aduk
- masukan kaldu blok dan keju potongan dadu ke dalam adonan
- masukkan makaroni
- kasih garam, lada dan sedikit gula (1 sdt) .
- Matikan api, masukkan kocokan telur, angkat dan tuang ke loyang yang sudah disemir margarine
- Kocok lepas 1 butir telur,siram ke atas adonan..lalu diatasnya tabur dengan keju parut
- Kukus kurang lebih 30 menit, baru panggang kurang lebih 20 menit.

Untuk pengguna Happy Call
- panasin happycall 1mnt sampe panas
- beri mentega 1 sdt, bolak- balik hingga semua bagian terlapisi
- masukkan adonan makaroni dan taburi keju parut
- waktu 5 menit di bagian bawah dan 5 menit di bagian atas, kalau mau agak kering maka waktu di tambah lagi
- Ingat, api harus selalu kecil agar tidak hangus :)

Psst.. masi hutang foto yaa... karena yang waktu itu bikin ndak sempet difoto..

Anihoowww... mugi2 manfaat.. monggo di modif.. perlu tambahan saran.. silahkan email ke :
bundaraissa@gmail.com...

Ditunggu.. :)

Jumat, 16 September 2011

Ethics and behaviour - sebuah refleksi diri

Baru-baru ini, seperti biasa saya mendapat banyak pelajaran berharga dari kejadian sehari-hari.


Banyaknya hal yang nampak sepele tapi menjadi refleksi buat saya.

Lahir dari keluarga yang cukup demokratis namun tetap penuh dengan unggah ungguh membuat saya punya stock maklum yang lumayan. Saya sangat bersyukur punya seorang ibu yang mengajar kami untuk disiplin dan kritis. Sebagai tandem beliau adalah almarhum ayah saya yang sangat santai dan membumi. Sejauh ini, menurut suami tercinta, saya mewarisi nyentriknya mama juga sifat papa yang sangaaaattt santai sampai terkadang perlu digebah tapi juga bisa murka durjana sewaktu diperlukan (a few good friends knows me so well they can even read my face when something piss me off).

Sekarang? Menjadi ibu dari 2 pelangi yang membanggakan bagai melihat refleksi diri sendiri saat saya kecil.

The moment they are here, means that the learning process is just begin. Saat2 yang mencengangkan ketika saya seperti berkaca dengan tingkah laku mereka sehari2. Saat2 yang mendebarkan saat mereka mendebat saya ataupun suami dengan pikiran maupun logika mereka yang menakjubkan.

Saat hal2 yang dibicarakan tidak sesuai, biasanya putri saya yang paling keras mengingatkan.. And I love her for doing it. Mengingatkan saya untuk terus belajar bersabar dan memegang komitment.. Sementara si ragil biasanya akan memeluk saya sambil berkata ' bukannya waktu itu bunda bilang kalau .... ' (Hal yang selalu membuat saya bagai disiram air sejuukkk..- si kecil memang jiplakan ayahnya...)

Dalam kehidupan sehari2 pun saya berusaha memberikan contoh nyata mana yg boleh dilakukan dan mana yang tidak.

Mengetahui bahwa si pelangi hampir di bully sempat membuat saya murka. Tapi.. Bukankah ini benar2 waktu yg tepat utk memperlihatkan kepada mereka bahwa cara2 itu tidak benar?

That they must have their self esteem.. Bahwa memang etika, behaviour pada awalnya berasal dari pendidikan kita sebagai orang tua.. Dan terkadang kedua hal tersebut diatas TIDAK berbanding lurus dengan pendidikan, harta, maupun jabatan.

Saat mereka mulai membandingkan ataupun mempertanyakan cara2 saya dalam mendidik maka saya dan suami kompak menjelaskan bahwa setiap keluarga mempunyai aturan yang berbeda. Bahwa kami patut menghargai mereka yang mempunyai aturan berbeda yang buat logika saya terkadang agak membingungkan.

Tapiiii.. Lagi-lagi hal tersebut merupakan hal yg relatif. Bukankah itu berarti saya membuka pintu bagi kedua pelangi hati untuk membuka mata selebar-lebarnya, membandingkan dan belajar? Hal yang memang membutuhkan waktu lebih saat menjelaskan secara verbal alasan2 di balik perlakuan tidak menyenangkan yang mereka terima. Di balik penjelasan panjang lebar kami, tentu saja tujuan akhir saya adalah agar mereka mengerti bahwa perbuatan tersebut tidak patut ditiru..

Jujur saja, mungkin cara mendidik kami bagi sebagian orang akan dianggap 'bikin anak kuper aka gak gaul aka telat..' Tapiiii .. Bukankah banyak jalan menuju roma? sekali lagi.. Mungkin persepsi saya berbeda dengan banyak orang tentang bagaimana mendidik buah hati kami... (Dalam hal ini - I wud care less on what people think and say.. )

Buat saya dan suami.. Buah hati kami Merupakan refleksi dari kami berdua. Kami pun berusaha dengan maksimal agar mereka jadi insan yang jauh lebih baik dibanding kami berdua.

Semoga dan semoga mereka berdua tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai2 yang kami tanamkan sejak awal...

Senin, 05 September 2011

In a Wacky Tacky Kind of Thing..


Understanding that we, as human being have our own metamorphz..
Changing from something into another form, trying to be better and better, even the best we could

In many ways, I have encounter amazing things in life.. Meeting a lot of people, whom get along very well.. and some just choose different path as mine (whom i appreciate .. :) .. )

Witnessing and even experiencing the metamorph myself. Still feeling amazed when facing the result.. whether its predictable or unpleasant suprised.. But as wise man said... ones should walk on their own.. and im doing mine..

Seeing my own footprints on the sandy pavement, knowing that somehow... what we encounters was not always for real.

Like a movie that keep flashing my mind.. a place where i used to fell in love with seem to be full of nonsense. Witnessing lots of crappy things that confuses me most of the time, also remind me of how many grey areas in life we are in.

Well... those hanky pankers that created problems are just around.. in every corner of life.. also in every part of our lives... And later on... i know what to do...

I choose to do my part and only my part.. nothing more.. nothing less..

By doing that.. at least i encounter only mine.. not theirs.. :)