Selasa, 24 November 2015

Are we bound with memories?



Pagi ini,
Saya di beri kesempatan untuk menyusuri jalan-jalan.. yang telah belasan kali saya lalui.. dan belasan tahun tidak pernah saya kunjungi..

Hari ini saat mengantar putera bungsu saya mengikuti FESMI (festival tahfidz metode UMMI), yang bertempat di daerah Cihanjuang, Cimahi secara tak disengaja, mobil yang saya tumpangi melewati kawasan Komplek Siliwangi, Cimahi. Iya.. memang di kawasan inilah alm eyang kakung - adik laki-laki dari alm eyang putri saya pernah tinggal..

Mobil yang saya tumpangi, melewati tikungan Pura yang berjarak 2 rumah dari bekas rumah dinas beliau.. Hanya diujung jalan memang.. namun terlihat sekilas rumah yang dulu kerap saya kunjungi saat liburan.. Rumah bernomor D 10 ini memang memberikan banyak cerita kepada saya, banyak sepupu saya, bahkan juga sang mantan pacar yang jadi partner hidup saya - mas suami tersayang.. Rumah yang mengajarkan pada saya.. kalau 'fresh cloves" has the best smell , dan rumah yang selalu memberikan cerita tak lekang waktu pada kami..

Di rumah yang terakhir saya kunjungi beberapa waktu sebelum alm papap berpulang, semuanya terasa begitu menakjubkan bagi saya.. sungguhan..
Memang, bagi sebagian orang.. pemilihan kata 'menakjubkan' terdengar berlebihan.. but.. i mean it.. Saya jatuh cinta pada pola keramik lantainya.. Art deco kata sebagian orang.. langit-langitnya yang tinggi.. kamar mandinya yang luas.. sampai derap langkah yang biasa terdengar saat semua orang terlelap.. iya benar.. saat semua orang terlelap, kecuali saya yang berusaha mencari tau itu derap siapa, dan akhirnya memilih untuk memejamkan mata setelah lama-lama terbiasa mendengarnya.. Tempat saya mendengarkan kisah-kisah masa lalu alm eyang.. sampai banyaknya hal-hal absurd yang hanya dapat dipahami oleh ketajaman rasa yang terasah oleh waktu..

Di tempat yang sama, saya belajar menghargai kenangan, yang terukir dan dibesarkan oleh waktu. Menghargai sepotong ontbijtkoek hangat dengan secangkir teh melati, dan serangkai kisah tanpa akhir berbau cengkeh segar. Menikmati sepiring nasi goreng sosis buatan almh eyang, sambil menghafal beragam resep warisan Kel Banoe, .. dan berusaha sekeras mungkin maklum saat timbul perdebatan ketika diskusi, mengesampingkan seluruh friksi dan menerima perbedaan pandangan tanpa gugatan, dalam sesuatu forum yang kemudian saya panggil dengan nama "KELUARGA"..


Menyusuri jalan, melewati deretan gedung-gedung kuno, menunjukkan banyak hal kepada putera saya.. menceritakan betapa bahagia masa kecil saya, yang punya banyak keluarga dengan ragam pemahaman berbeda.. Membukakan wawasan baru padanya.. bahwa.. cinta kasih itu yang mendekatkan kita.. sampai tiba-tiba saya teringat.. saya memang terkadang sangat terikat dengan banyak kenangan.. Im so into it.. without exceptions.. Saat menuliskan notes ini pun.. rasanya memang tak hanya sekedar kenangan.. tapi juga torehan yang tertinggal di lembar kehidupan saya..

Hmm..

Lahul fatihah untuk kalian semua, Papap, Eyang -eyang tersayang.. dan bude.. .

Perjalanan ke daerah Bandung.. memang selalu mengingatkanku akan kalian.. Saya percaya, Gusti Allah pasti memberikan kalian tempat yang lebih indah.. dari yang pernah saya jalani dengan kalian.. aamiin YRA