Jumat, 24 Januari 2014

Episode "Near Miss"

Dear Readers,


Kali ini ijiinkan saya untuk berbagi cerita mengenai "safety" di lingkungan kerja.

Saat ini kantor saya berada di lantai 19 sebuah gedung yg terbilang baru dan terletak di bilangan barat jakarta.

Kemarin siang, sekitar jam makan siang, saya dan seorang rekan kerja hendak pergi ke food court di lantai 6 gedung kami.

Pintu lift baru saja tertutup, dan tiba-tiba lift anjlok dan berhenti. Kondisi di dalam gelap dan perlahan lampu darurat menyala (iyah, lampu darurat yang nyalanya kalah sama sentir itu loh) ..  

Rekan saya menjerit sambil berpegangan kepada tangan saya. Sontak saya memencet tombol emergency call, dan langsung meminta rekan saya untuk menghubungi rekan kami yg lainnya di kantor.

Kondisi dalam lift stagnan - dan saya bisa lihat dari screen di dalam lift, kalau system sedang restart. Setelah beberapa saat (kurang lebih beberapa menit - hal yang tentu saja terasa lebih lama dari fakta yang ada mengingat situasi tersebut) lampu lift menyala dan lift membuka di lantai 18 - satu lantai di bawah kami.

Kami langsung keluar lift, dan bertemu dengan seorang satuan pengamanan yg berjaga di koridor. 

Hal pertama yg saya lakukan adalah meminta beliau membantu menghubungi gedung, menginformasikan bahwa ada tenant yg terpaksa keluar lift di lantai tsb, karena kondisi lift anjlok. Pertanyaan kedua - apa beliau mendengar saat saya memencet emergency bell? Jawaban beliau : TIDAK .

Sambil menunggu lift berikutnya, saya mendapat informasi bahwa baru saja terjadi padam listrik beberapa saat. Hal itu yang mungkin mengakibatkan 'gangguan' pada sistim elevator gedung.

Ok - saya mengakui keterbatasan pengetahuan saya mengenai elevator, baik secara sistim maupun teknis. Namun, saya bisa pastikan bahwa yang saya baru alami merupakan 'near miss atau near hits'.

Ijinkan saya untuk menjelaskan lebih lanjut.

Menurut tante wiki, 'near miss' adalah :

an unplanned event that did not result in injury, illness, or damage – but had the potential to do so. Only a fortunate break in the chain of events prevented an injury, fatality or damage; in other words, a miss that was nonetheless very near. Although the label of 'human error' is commonly applied to an initiating event, a faulty process or system invariably permits or compounds the harm, and should be the focus of improvement

Pada kondisi tersebut memang tidak ada 'casualties', namun harusnya 'near miss' menjadi alarm bahwa ada hal2 yg mungkin tidak sesuai dengan standard.

Kurang lebih 30 menit dari kejadian, saya mendapat email Pemberitahuan dari pihak Building bahwa kondisi lift terjadi karena Listrik padam. Sehingga dibutuhkan waktu beberapa saat untuk genset mengambil alih, juga elevator merespon - hal ini termasuk restart system. 

Melihat respon cukup cepat yang diberikan oleh Building Management, saya angkat topi.  Setidaknya ada permohonan maaf sekaligus penjelasan yang mereka berikan. Namun alangkah bijaknya jika ada tindakan lebih lanjut, mengingat hal ini terkait keselamatan serta kenyamanan kami sebagai pengguna sekaligus tenant. 

Atas dasar tersebut, saya memberanikan diri untuk menginformasikan kejadian near miss kepada Head of HSSE di kantor kami. 

Email balasan yang dapat cukup standard - menanyakan kronologi dan juga menginformasikan SOP Elevator yang tentu saja sangat logis. Tak lupa beliau menambahkan bahwa 

"Kalo Lift terasa anjlok saat aliran listrik tidak stabil, sebenarnya itu perasaan tubuh kita terhadap efek gravitasi sesuai dengan hukum Newton-1 "benda akan mempertahankan keadaannya ketika bergerak ato diam". Jadi jangan terlalu kuatir." 


Membaca kalimat diatas membuat saya merasa bahwa saya terlalu kuatir.. 

Mungkin karena saya tidak paham bahwa ada sistem pengamanan lift, sehingga Lift TIDAK MUNGKIN meluncur begitu saja.. 

Mungkin juga, karena saya tidak punya sertifikasi AK3 (terimakasih banyak Uda Andri Fardian atas infonya mengenai hal tersebut) sehingga tidak bisa mengaku paham ataupun terlalu khawatir akan situasi yang sebenarnya 'kecil' .. 

Please correct me if im wrong.. tapi inti dari kejadian yang saya alami adalah ketidaknyamanan akan sebuah nearmiss.. hal yang sangat wajar terjadi pada orang-orang yang mengalami hal tersebut.  Dan pemahaman saya, bukankah sangat wajar untuk memberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana sehingga menumbuhkan kepercayaan kepada kami, pengguna elevator. Memastikan bahwa semua berjalan sesuai dengan standar keamanan yang seharusnya. 

Kembali saya harus mohon pengertian seandainya memang logika yang saya kemukakan dinilai jauh panggang dari api.. 

Saya percaya bahwa Lift harus memiliki emergency bell yang bekerja dengan baik, sehingga saat terjadi anjlok atau mati, penumpang yang berada di dalam tau pasti bahwa pihak building mengetahui keberadaan mereka. 

Jika ada pernyataan, 'oh, memang itu tidak terdengar dari dalam, tapi percaya deh kalau kita tau kok ada penumpang di dalam'.. And it does sound like full of BS (pse forgive my words). 

Komunikasi itu dua arah, bagaimana caranya penumpang yang berada di dalam elevator merasa bahwa keberadaan mereka diketahui jika tidak ada tanda-tanda yang menyatakan demikian? 

Sistem  Pengamanan Lift tidak memungkinkan lift untuk meluncur jatuh? Saya percaya bahwa sistem itu buatan manusia and error exists. Yang saya mau tekankan, apa sistem tersebut sudah lulus uji ulang setiap mungkin 6 bulan sekali? 

Setelah ada kejadian tersebut, saya lagi-lagi teringat ucapan alm ayah saya.. 

"You cant count anyone but you"..  Yang berarti? ya saya memang tidak bisa mengandalkan orang lain untuk membantu saya menyampaikan uneg-uneg ini, meskipun untuk beberapa perusahaan, hal tersebut merupakan mandatory. 

To be frank, jika hal ini terjadi beberapa waktu lalu, dalam hitungan jam tentu sudah melayang surat complaint dari bagian HSSE kami berikut arahan-arahan yang harus kami lakukan seandainya hal tersebut terjadi. 

Hmm.. im not comparing apple to orange, namun kondisi nearmiss memang tidak bisa dianggap remeh.  Hal yang belum pernah terjadi selama saya bekerja tahunan di perusahaan ini. 

Seorang sahabat saya - si cantik Debby Cintya langsung angkat bicara, sekaligus mengarahkan saya akan hal-hal yang patut dilakukan. (- TQ much atas supportnya ya neng ..) ...

Well, ya sudahlah... at the end of the day, saya belajar bahwa terkadang.. kita memang harus tau bagaimana bersikap dalam menghadapi beragam situasi yang ada. 

Pada akhirnya.. work is only work,.. dan menuntut orang lain untuk cukup punya empati, peduli maupun bersikap tanggap akan situasi yang timbul.. kadang laiknya menggarami laut.. :) 

Sekian dulu dari saia.. 
Saya tutup dengan doa, semoga apa yang saya alami, tidak akan pernah rekan-rekan alami ya.. 

Selamat akhir pekan semua.. 
Stay safe.. 








Tidak ada komentar: